Pada masa ini perkembangan jaringan sangat pesat dan sangat membantu dalam hal pertukaran (share) data dalam kegiatan sehari-hari. Jaringan Subnetting misalnya, banyak dipakai dalam hal keperluan sebuah perusahaan, perkuliahan, bahkan dalam hal keorganisasian sebuah negara. Maka pada bahasan kali ini saya akan menerangkan sedikit tentang pembagian kelas subnetting teruama pada kelas IP Address B yang banyak digunakan saat ini.
PENGERTIAN IP ADDRES DAN SUBNETTING
Alamat IP (Internet Protocol), yaitu sistem pengalamatan di network yang direpresentasikan dengan sederetan angka berupa kombinasi 4 deret bilangan antara 0 s/d 255 yang masing-masing dipisahkan oleh tanda titik (.), mulai dari 0.0.0.1 hingga 255.255.255.255. IP address memiliki panjang 32 bit dan dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian network dan bagian host. Batasan antara network dan host ini tergantung kepada beberapa bit pertama, seperti diperagakan pada tabel di bawah ini. Tabel IP Address Class-high-order bits-bagiancNetwork-bagian host jumlah address
- Kelas A : 0 7 24 16.777.214
- Kelas B : 10 14 16 65.534
- Kelas C : 110 21 8 254
- Kelas D : 1110 multicast group (percobaan) multicast group (percobaan) 268.435.456
- Kelas E : 1111 multicast group (percobaan) multicast group(percobaan)
Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru.
SUBNETTING IP ADDRESS KELAS B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.
CONTOH SUBNETTING IP ADDRESS KELAS B
Terdapat sebuah Network Address 172.16.0.0/18 sampai dengan172.16.0.0/28 terdapat pada kelas B dengan subnet mask /18 yang berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
- Jumlah Subnet = 2x ,dimana x adalah banyaknya jumlah binari 1 pada oktet 2 terakhir. Jadi jumlah subnet mask adalah 22 = 4 subnet
- Jumlah Host per Subnet = 2y-2, dimana y adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya jumlah binari 0 pada 2 oktet terakhir subnet mask. Jadi 214-2 = 16.382 hosT
- Blok Subnet = 256 – 192 = 64, jSubnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
- Tabel IP Kelas B hasil Subnetting
Note: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes dan IP Subnet-Ones dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes dan IP Subnet-Ones ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default meskipun pada kenyataannya kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes, sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, kita masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
VARIABLE-LENGTH SUBNETTING
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Sumber Referensi :
- http://romisatriawahono.net/2006/02/11/memahami-penghitungan-subnetting-dengan-mudah/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Subnet_mask
- http://info-gamenews.blogspot.com/2009/05/apa-itu-subnetting.html
- http://elok-study.blogspot.com/2009/12/pembagian-kelas-ip-address-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar